Aku tersentak dari lena
Saat dikejutkan parau suaramu
Badanmu yang dingin
Tapi tak menggigil kedinginan
Mataku berkobar menyala
Membangkitkan tekad dan semangatku
Kukayuh sepeda di gelap gulita
Kubonceng dirimu di keheningan malam yang pekat
Tak terfikir
olehku
Malaikat maut membuntutimu
Yang ada kobaran cinta dan tekadku
Tuk kesembuhan dirimu
Tapi malaikat merebutmu
Saat kita sudah sampai pada tempat yang dituju
Kau hanya menipuku
Kau terbaring kaku saat ada teman yang dampingiku
Agar ada yang dampingi
Di saat kau terbujur kaku
Kau serahkan ku pada teman
Bukan dirimu yang kuserahkan
Kau menipuku
Kutahu itu
Karena kau tak ingin ku sendiri
Dalam kepergianmu di malam itu
Kau pulang tanpa pesan
Hanya senyum bibirmu mengejekku
Seakan kau menang menuju alammu
Yang selalu kaun pinta
Di akhir hayatmu takkan merepotkanku
Kau curang!!!
Kau egois!!!
Kuakui kau menang menuju Jannahmu
Tapi ingatlah diriku!
Ingatlah anak-anakmu!
Sekarang mereka tidak bersama kita
pendidikan
lebih utama menurutmu
Tapi jangan khawatir
Anak-anak kita adalah anak yang sholih sholihah
Mereka kan datang memelukmu
Walau dengan deraian air mata.
Satu persatu orang-orang berdatangan
Melepasmu dengan zikir dan tahlil
Kupinta pada ibu dan gurumu
Memberi
kesempatan tidur yang trakhir kali
bersamamu.
Walau kau terbujur kaku
Kupeluk dirimu semalam suntuk
Rasa tak puas tapi tetap kulepas
Menuju tempat terakhirmu
Satu kata yang bisa kuucapkan
Selamat jalan suamiku tercinta
Semoga Jannah tempatmu
Semoga kau singgah d Ka’bah citamu
Semoga kau berjumpa dengan Nabimu
Dengan ridha Ilahi
Sumenep, 7 Juli 2019

Komentar
Posting Komentar